Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Publikasi Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Utopia Kere  oleh : M. Anzil Nugroho Indomie menyapa kita untuk berbaring Lumer dalam manisnya Chocolatos panas Berdansa di sejuk Bon Cabe yg berterbangan Kita begitu deras tersiram renung galon empat ribuan Singgah, Burjo mengajak kita memaknai kenangan Tentang resonansi rasa yg kita ciptakan bersama gitar fals Juga lawakan receh yg memaksa kita pura-pura tertawa sampai ikhlas Kita terhening, kemudian aku pulang kepada bibirmu

Aktualisasi Pemuda yang Berwawasan Kebangsaan "Sang Penjaga Bhineka Tunggal Ika"

 oleh Dhelinta Fitri R        “Jiwa pemuda mana yang tidak menggelora ketika membahas tentang perjuangan bangsanya sendiri untuk merdeka menjadi sebuah negara? Jiwa pemuda mana yang tidak menggebu-gebu ketika disinggung banyak tangan jahil yang ingin mendisintegrasikan negara yang mempunyai banyak kekayaan alam dan kebudayaan ini? Jika ada pemuda yang tidak merasa demikian, tidak sepantasnyalah kau lahir di negara yang penuh perjuangan ini~”          Apa sih Bhineka Tunggal Ika? Ingat dulu ketika masih di Sekolah Dasar jika ditanya oleh guru tentang arti Bhineka Tunggal Ika pasti langsung serentak menjawab “Berbeda-beda tetapi tetap satu juga”. Memang benar jawabannya, namun jika pertanyaan yang sama dilontarkan untuk pemuda yang sudah dikatakan dewasa apakah jawabannya akan sama seperti zaman Sekolah Dasar dulu? Pertanyaan itu dapat menjadi sebuah renungan untuk diri kita. Sebagai pemuda yang akan menjadi pemimpin bangsa ini, kita harus mulai berpikir kritis tentang negara ini.

Cerita pendek

Mencintai Dia Oleh Dia Sri Purwani           Karunia Allah yang paling besar adalah Hidayah. Hidayah itu bukan untuk ditunggu namun diri kita sendiri yang menjemput. Hidayah adalah nikmat terbesar bagi manusia. Karena dengannya diri kita bisa mencapai kebahagiaan yang hakiki. Hidayah Allah memang tiada banding dan doa meminta hidayah adalah doa termahal, karena dengan hidayah aku dapat memahami bahwa cinta Allah tiada bandingannya. Masa lalu memang tak mungkin aku lupakan karena dengan masa lalu aku menjadi sadar bahwa tidak ada manfaat dari apa yang aku lakukan dahulu. Masa lalu biarkanlah menjadi kenangan, tapi jangan jadikan penghalang untuk memulai kehidupan yang baru dan bermanfaat. Move on! Iya move on adalah cara terbaik, saatnya tatap masa depan. Masa lalu cukup jadikan pembelajaran agar menjadi lebih baik dan agar bisa mencapai masa depan dengan penuh  kegemilangan.           Jahiliyah adalah masa kebodohan. Masa perjalanan awan yang mendung. Memilih teman yang baik a

“Saya Indonesia, Saya Cinta Bahasa Indonesia”

Gambar
Baturraden—Sabtu (21/10) Panitia Malam Keakraban (Makrab) Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal Soedirman telah melaksanakan kegiatan Makrab di Wisma Taurus, Baturraden. Kegiatan tersebut diikuti oleh 59 mahasiswa baru dan   42 panitia. Kegiatan yang mengusung tema “Saya Indonesia, Saya Cinta Indonesia” ini dilaksanakan selama 2 hari 1 malam. Kegiatan Makrab diadakan untuk mengakrabkan mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia dari berbagai angkatan, baik angkatan 2014, 2015, 2016, maupun angkatan 2017. Makrab dibuka dengan sambutan Ketua Pelaksana Kegiatan, Anggit Cahyadi. Dilanjutkan dengan sambutan Ketua Umum Himadiksi Unsoed, Hasto Kuncoro Adi, dan sambutan Pembina Himadiksi, Vera Krisnawati, S.S.,. Kemudian acara dibuka secara simbolis oleh Kaprodi (Koordinator Program Studi) Pendidikan Bahasa Indonesia, Dra. Diah Wijayawati, M.Pd.,. Dilanjutkan dengan pengisian materi, tukar kado, dan penulisan surat yang ditujukan kepada panitia. Acara

Publikasi Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unsoed

Sajak Duka Oleh : Dhelinta Fitri Pramadhanti Aku hanyalah tengkorak kering terbalut kulit Rambut putih menghiasi raga rentaku Jarik ku buat simpul memeluk pinggang Kebaya lusuh setia bertengger Sedang sukmaku bersenandung asa Meratapi sudut jalanan, mengais sisa yang terbuang Aku hanyalah robot-robot trotoar Karya hitam cukong-cukong penguasa Sang pemuja barat si pencetus liberalisme, Definisi tanah airku makmur   ijo royo-royo Namun darah yang menyelimutiku berasal dari sampah Mengalir membakar angan di dalam dada Aku hanyalah sebuah potret kemiskinan Seperti sekumpulan kotoran yang menodai   pertiwi, Ketika fana menyeruak dilorong-lorong negara Aku lari bersembunyi di semak-semak kota yang sempit, Kini ku hanya mampu melukis khayalan dilangit senja Semesta pun seolah tahu hingga memayungiku dengan duka   Kerinduan Ku telah banyak mendengar simfoni Entah simfoni yang menyejukkan maupun memilukan Rap