Cerita pendek
Mencintai Dia
Oleh Dia Sri Purwani
Karunia Allah yang paling besar adalah Hidayah. Hidayah itu bukan untuk ditunggu namun diri kita sendiri yang menjemput. Hidayah adalah nikmat terbesar bagi manusia. Karena dengannya diri kita bisa mencapai kebahagiaan yang hakiki. Hidayah Allah memang tiada banding dan doa meminta hidayah adalah doa termahal, karena dengan hidayah aku dapat memahami bahwa cinta Allah tiada bandingannya. Masa lalu memang tak mungkin aku lupakan karena dengan masa lalu aku menjadi sadar bahwa tidak ada manfaat dari apa yang aku lakukan dahulu. Masa lalu biarkanlah menjadi kenangan, tapi jangan jadikan penghalang untuk memulai kehidupan yang baru dan bermanfaat. Move on! Iya move on adalah cara terbaik, saatnya tatap masa depan. Masa lalu cukup jadikan pembelajaran agar menjadi lebih baik dan agar bisa mencapai masa depan dengan penuh kegemilangan.
Jahiliyah adalah masa kebodohan. Masa perjalanan awan yang mendung. Memilih teman yang baik adalah salah satu langkah untuk memulai berhijrah. Teman yang baik adalah teman yang selalu mengingatkan satu sama lain dalam kebaikan, menegur ketika salah, mengingatkan ketika salah, merangkul ketika lemah dan saling bergenggam erat untuk mendekatkan diri kepada Allah serta saling mewujudkan cita untuk menggapai jannahNya. Hijrah adalah masa transformasi dari kegelapan menuju cahaya. Masih banyak kekurangan dalam diri yang harus diperbaiki dan belajar memantapkan diri untuk beristiqomah kepadaNya. Istiqomah adalah kondisi di mana iman relative stabil karena sudah punya amalan andalan untuk menjaga agar hati tetap dalam semangat taqwa. Pengorbanan yang harus kita lakukan demi mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar. Naik turunnya iman menjadi jembatan syetan untuk selalu menggoda manusia.
Masa lalu tak perlu disesali. Masa lalu jadikanlah pembelajaran agar kelak suatu saat nanti tidak akan melakukannya kembali. Sungguh nikmat luar biasa yang aku terima. Memang rencana Allah itu lebih indah dari rencana HambaNya. Proses demi proses aku lewati, hingga suatu ketika aku mulai jatuh cinta kepada salah satu hambaNya. Awalnya memang tak saling mengenal, menyapa pun bahkan tidak. Namun mengapa aku hanya tertarik kepada salah seorang hambaNya yang jelas-jelas pernah saling sapa pun tidak, apalagi berkenalan. Waktu demi waktu aku dan dia semakin mengenal, saling menyapa, dan saling menjalin ukhwah. Tak butuh waktu lama untuk saling mengenal dengannya. Semakin berjalannya waktu, aku dan dia semakin dekat hingga aku merasakan kenyamanan saat dengannya. Mungkin karena dia selalu mengajarkan kebaikan untukku, menuntunku untuk menjadi lebih baik, serta perhatian yang dia berikan yang membuatku merasa nyaman. Tapi aku tak pernah ada fikiran terbesit pun untuk melangkah lebih jauh dengannya. Karena aku berfikir aku belum pantas untuknya dan aku masih banyak kekurangan dalam diri ini. Perlahan rasa nyaman itu terus tumbuh, dan entah apa yang sedang aku rasakan hingga fikiranku terus tertuju kepadanya, bahkan sholat pun menjadi tidak khusyuk karena terbayang wajahnya, hati merasa sejuk setiap kali dia berbicara. Awalnya aku hanya sekadar mengagumi dirinya karena cara pembawaannya yang bijaksana, sederhana dan tingkah lakunya yang sopan.
Semakin hari aku semakin mengaguminya. Mengagumi karena akhlaknya. Namun perhatian dan kebaikan hatinya, membuatku merasakan hal yang lebih dari sekadar mengaguminya. Namun aku berusaha untuk menjaga pandanganku dari hal-hal yang belum halal. Aku berusaha mengontrol diriku agar tidak sampai terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan. Dia terus mencoba berkomunikasi denganku dan mengatakan hal-hal yang menurutku sudah terlalu jauh, namun apalah daya ku yang sedang mencoba menjaga diriku agar tidak sampai lebih mencintai dia daripada DIA yang Maha Agung. Semoga dia mengetahui apa yang aku lakukan bahwa aku sedang berusaha menjaga diriku dari hal-hal yang tak pantas untuk aku lakukan dan aku sedang berusaha menjaga diriku agar tidak menjadi ladang dosa bagiku maupun bagi dirinya. Suatu hari Allah telah memberikan jawaban dari semua pertanyaanku lantaran secarik kertas. Kertas kecil yang bertuliskan kalimat sederhana namun penuh makna yang entah aku dapatkan dengan cara yang kebetulan atau tidak. Waktu terus berjalan, rasa kagum karena akhlaknya bertambah menjadi rasa cinta. Namun tak butuh waktu lama untuk menyimpan rasa ini. Tiba-tiba suatu hari, Allah memberikan petunjuk kepadaku agar aku tidak sampai berlebihan dalam mencintai hambaNya dari pada mencintai DIA. Ku cukupkan rasa ini. Cukup mencintainya dalam diam, selipkan namanya dalam doa dan tak perlu saling lempar perhatian serta cukup jadikan dia motivasi agar aku bisa menjadi lebih baik. Karena aku percaya jodohku sudah tertulis di lauhul mahfuz.
Rencana Allah pasti lebih indah dari rencana hambaNya. Saat ini tugasku adalah memantaskan diriku menjadi lebih baik agar diri ini tidak seadanya saat bersanding dengan calon imamku kelak, memperbanyak ilmu, dan banggakan orangtua.
Semakin hari aku semakin mengaguminya. Mengagumi karena akhlaknya. Namun perhatian dan kebaikan hatinya, membuatku merasakan hal yang lebih dari sekadar mengaguminya. Namun aku berusaha untuk menjaga pandanganku dari hal-hal yang belum halal. Aku berusaha mengontrol diriku agar tidak sampai terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan. Dia terus mencoba berkomunikasi denganku dan mengatakan hal-hal yang menurutku sudah terlalu jauh, namun apalah daya ku yang sedang mencoba menjaga diriku agar tidak sampai lebih mencintai dia daripada DIA yang Maha Agung. Semoga dia mengetahui apa yang aku lakukan bahwa aku sedang berusaha menjaga diriku dari hal-hal yang tak pantas untuk aku lakukan dan aku sedang berusaha menjaga diriku agar tidak menjadi ladang dosa bagiku maupun bagi dirinya. Suatu hari Allah telah memberikan jawaban dari semua pertanyaanku lantaran secarik kertas. Kertas kecil yang bertuliskan kalimat sederhana namun penuh makna yang entah aku dapatkan dengan cara yang kebetulan atau tidak. Waktu terus berjalan, rasa kagum karena akhlaknya bertambah menjadi rasa cinta. Namun tak butuh waktu lama untuk menyimpan rasa ini. Tiba-tiba suatu hari, Allah memberikan petunjuk kepadaku agar aku tidak sampai berlebihan dalam mencintai hambaNya dari pada mencintai DIA. Ku cukupkan rasa ini. Cukup mencintainya dalam diam, selipkan namanya dalam doa dan tak perlu saling lempar perhatian serta cukup jadikan dia motivasi agar aku bisa menjadi lebih baik. Karena aku percaya jodohku sudah tertulis di lauhul mahfuz.
Rencana Allah pasti lebih indah dari rencana hambaNya. Saat ini tugasku adalah memantaskan diriku menjadi lebih baik agar diri ini tidak seadanya saat bersanding dengan calon imamku kelak, memperbanyak ilmu, dan banggakan orangtua.
Komentar
Posting Komentar