[Berbagi Karya]: Heartache
Monolog
Heartache
Karya: Tamara Nurhalisa
"...dan untuk kesekian kalinya?" nadanya pasrah. Kami mencari-cari tatap pada potongan kaca yang berserakan. Ah, sulit sekali mengeja kata maaf.
"Satukan kami dulu," pintanya. Masih dengan kebisuan yang sama kupungut satu per satu potongan itu dan menyusunnya di samping bidai sudut ruangan. Sorot matanya kini semakin lekat. Sosoknya kembali utuh dalam cermin. Kami berhadapan sempurna sekarang.
"Kau pikir karena Tuhan Pemaaf kau boleh berbuat semaumu?" ucapnya dingin. Lebih dingin dari ubin kamar yang diguyur hujan malam-malam. Lagi-lagi kami terdiam. Menyimak obrolan hewan malam yang semakin riuh sampai dengung mulai mengganggu. Ia kembali iba.
Kedua ujung bibirnya mulai terangkat membentuk lengkungan. Terlihat manis dan cukup menghibut. Pikirku sebelum akhirnya ia kembali bersuara. "Kau memang tidak berusaha menyingkirkanku agar aku pergi dan berhenti seperti maumu," tangannya bergerak menyentuh kaca, kedua irisnya terlihat berat tertutup air yang terjun tanpa aba-aba. "Tapi kau juga tidak berusaha untuk menjagaku tetap di sini."
Komentar
Posting Komentar