[Berbagi Karya]: Artikel Populer
Fenomena Bahasa Paksel yang Lazim di Kalangan Muda-mudi
Purwokerto
Oleh:
Anugrah Esa Amalinda
Indonesia
merupakan negara yang memiliki banyak suku yang beraneka ragam dan ada ciri
khas, karakteristik, dan keunikan berbeda yang tersebar ke penjuru daerah dari
Sabang sampai Merauke. Salah satu kekayaan budaya Indonesia yang masih harus
dijaga yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia adalah bahasa daerah. Bahasa
daerah adalah bahasa yang dituturkan secara turun temurun baik secara lisan
maupun tulisan sebagai alat komunikasi yang digunakan di suatu daerah. Bahasa
daerah di Indonesia memiliki banyak keunikan yang berbeda dari bahasa yang satu
ke bahasa yang lainnya. Keunikan yang dimiliki setiap bahasa daerah merupakan
sebuah identitas yang perlu dipertahankan eksistensinya. Ada beberapa daerah
yang menyebut bahasa daerah yang satu dengan daerah lainnya hanya saja memiliki
perbedaan variasi, salah satu contohnya adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa adalah
bahasa yang dituturkan oleh penduduk yang berasal dari suku Jawa. Secara umum, Bahasa
Jawa memiliki 3 tingkat tutur di antaranya, Jawa ngoko, Jawa madya, dan Jawa
krama Inggil dan ketiga tingkat tutur
tersebut memiliki kedudukan bahasa yang berbeda-beda.
Tingkat
tutur Bahasa Jawa, terkhususnya pada kategori bahasa Jawa krama menjadi masalah utama anak tidak mau mempelajari karena
cakupan bahasanya yang luas, terutama pada kalangan generasi Z. Generasi Z yang
sering disingkat gen Z yaitu sekelompok individu yang lahir dari tahun 1990-an
hingga tahun 2010-an merupakan lakon utama dalam menjaga keutuhan bahasa Jawa.
Kurang populernya bahasa Jawa di kalangan generasi Z yang dipengaruhi arus
globalisasi sangat berdampak terhadap penggunaan bahasa Jawa. Mereka akan
gencar menggunakan bahasa asing, bahasa slang, singkatan populer dengan gaya
bahasa yang informal. Penggunaan bahasa yang populer menjadi tren di kalangan
muda-mudi Indonesia merupakan salah satu faktor kearifan lokal terkikis. Hal
ini dikarenakan bahasa bersifat dinamis, sehingga terjadi fenomena pergeseran
bahasa dari bahasa yang lama ke bahasa yang baru.
Salah
satu fenomena pergeseran bahasa Jawa adalah munculnya bahasa paksel. Paksel merupakan percampuran ngapak
dengan bahasa ala anak Jakarta Selatan atau dikenal dengan bahasa jaksel. Bahasa Jakarta Selatan atau jaksel adalah campuran bahasa Indonesia
dengan bahasa Inggris yang menjadi stereotip bagi mereka yang tinggal di daerah
Jakarta Selatan. Kemudian ngapak yang
dipadukan dengan bahasa jaksel
dikenal dengan nama paksel yang
berarti ngapak jaksel dipopulerkan oleh salah satu pemuda tiktokers asal Purwokerto dan sempat tren di kalangan Generasi Z
Purwokerto. Selain karena ada percampuran bahasa, dialek dan logat yang
digunakan dalam paksel adalah ngapak. Kesannya seperti ingin mengikuti
bahasa jaksel dan inggris namun masih
tercium jelas logat ngapak. Contohnya
pada kalimat “Gue tadi tuku klambi regane
satus sewu, bahane apik. Worth it
banget, mbok!”. Dapat diperhatikan bahwa kalimat tersebut terdapat 3 bahasa
yaitu, bahasa Jawa ngapak, bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Penggunaan kata yang kurang sesuai harus di rubah
seperti, kata “gue” diganti menjadi “aku”, kata “worth it” diganti menjadi “layak/sepadan”
Fenomena
ini menunjukkan bahwa adanya perubahan gaya bahasa Jawa. Perkembangan teknologi
tersebar luas, terpengaruh oleh tren yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
dapat memprovokasi masyarakat untuk turut meramaikan tren yang dapat
mengakibatkan disrupsi bahasa. Penggunaan bahasa paksel akan membuat bahasa Jawa semakin bercampur aduk.
Berkembangnya bahasa paksel di media
sosial dapat menciptakan lingkaran komunikasi di kalangan anak muda. Sangat
disayangkan, maraknya penggunaan bahasa paksel
di kalangan muda mudi Purwokerto merupakan salah satu ancaman terhadap
eksistensi bahasa Jawa. Perkembangan bahasa mengikuti perkembangan zaman yang
menyebabkan bahasa dapat mengalami perubahan di beberapa aspek kearifan lokal
mulai tergerus. Khususnya di era revolusi industri yang diikuti pada disrupsi
bahasa mengacu pada perubahan yang signifikan dalam penggunaan bahasa yang
telah menjadi standar dalam suatu masyarakat.
Dalam menyikapi permasalahan tersebut ada upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga eksistensi bahasa Jawa yaitu dengan membangun karakter bangsa yang mengedepankan nilai-nilai budaya lokal yang dapat dijadikan tindakan dalam kehidupan masyarakat. Strategi yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam melestarikan bahasa Jawa di era disrupsi yaitu dengan cara mengedukasi kepada generasi Z dalam menjaga kekayaan bangsa untuk menormalisasikan penggunaan bahasa Jawa dengan baik, benar, dan bijak. Penggunaan teknologi yang optimal dapat dijadikan sebagai inspirasi dan inovasi dalam mengembangkan keterampilan berbahasa yang bervariasi dengan batasan yang sudah ditetapkan agar tidak merusak kebudayaan lokal di masa mendatang.
Daftar Referensi
Khazanah,
D. (2012). Kedudukan Bahasa Jawa Ragam Krama pada Kalangan Generasi Muda: Studi
Kasus di Desa Randegan Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto dan di Dusun Tutul
Kecamatan Ambulu, Jember.
Kompasiana. (2023). Bahasa Paksel Ala Gen Z Purwokerto. Diakses pada 17 April 2024, dari https://www.kompasiana.com/-6053/658fde14de948f0cff378f22/bahasa-paksel-ala-gen-z purwokerto
Teras Media. (2022). Maraknya Penggunaan Bahasa Asing di Kalangan Generasi Milenial. Diakses pada 29 April 2024, dari https://terasmedia.net/maraknya-penggunaan-bahasa-asing-di-kalangan-generasi-milenial/
Komentar
Posting Komentar